Desa wisata Cibuntu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jabar, punya potensi wisata yang luar biasa. Salah satunya bersama dengan memberi tambahan pengalaman traveler berdekatan bersama dengan domba.
Bagi penduduk Desa Cibuntu, yang pernah dinobatkan sebagai desa wisata terbaik ASEAN terhadap 2016 di bidang homestay dan terdapat di lereng Gunung Ciremai itu, peternakan domba bukan sekadar peternakan. Mereka menjadikan peternakan domba sebagai destinasi wisata.
Keberadaan kampung domba di Cibuntu berawal dari permasalahan kesehatan. Awalnya, pihak desa mengeluarkan kebijakan yang melarang masyarakatnya untuk membangun kandang domba di lingkungan pemukiman.
Kampung domba ini dibentuk sekitar 2012. Alasan mulanya sih dikarenakan kesehatan, menjadi biar tidak mengganggu kebugaran masyarakat.
Jadi dipindahkan dan dijadikan satu,” kata Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Desa Cibuntu Adang Sukanda sementara berbincangSelain menjabat sebagai Ketua Kompepar, Adang juga ditunjuk menjadi pengelola kampung domba. Adang mengaku untuk membangun kampung domba butuh perjuangan. Dia harus memastikan pemilik domba.
“Ya soal keamanan dan lainnya. Alhamdulillah penduduk atau pemilik domba kompak. Kita ada piket keamanan juga. Alhamdulillah hingga saat ini tidak ada kejadian (pencurian),” kata Adang.
Adang tak menolak kampung domba kerap dikunjungi oleh instansi swasta atau pemerintah sebagai percontohan. Kampung domba dikembangkan sebagai tidak benar satu wisata edukasi bagi pelajar.
“Tahun ini rencananya ada penataan untuk kandang-kandang domba dorper. Wisatanya satu paket bersama dengan tour desa, menjadi wisatawan bisa menyaksikan pengelolaan kampung domba, juga pengelolaan pupuk organik,” kata Adang.
Mengembangkan Domba Batur dan Garut
Adang mengatakan beragam style domba ada di kampung domba, sebagian di antaranya sedang dikembangbiakkan yakni domba batur style merino dan garut. Menurut Adang, mayoritas domba yang berada di kampung domba diternak untuk produksi daging sementara kurban dan jual-beli.
“Yang baru kita kembangkan itu style merino, domba dari dieng. Bisa untuk pedaging dan penghasil wol,” katanya.
Selain merino, ia juga sedang mengembangkan domba garut. “Untuk domba garut ada 33 ekor, 30 betina dan tiga pejantan. Satu pejantan digabung bersama dengan 10 betina untuk kandangnya,” kata Adang.
Hasil dari pengembangbiakan domba garut itu dapat diberikan kepada masyarakat. Namun, pengelolaannya harus selamanya di kampung domba.
“Nanti silakan penduduk yang menghendaki menernakkan ambil anakannya. Syaratnya dikelola di sini,” kata dia.